TIMES GRESIK, GRESIK – Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf memastikan jika pelaksanaan sekolah rakyat berjalan sesuai rencana dan memakai kurikulum yang setara dengan pendidikan umum. Bahkan, sekolah ini juga menambahkan pendidikan karakter sebagai nilai plus.
"Kurikulumnya sama seperti di sekolah lain, juga ditambah dengan pendidikan karakter. Hal ini yang ditekankan," katanya usai mengunjungi Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 37 Gresik di Desa Mriyunan Kecamatan Sidayu pada Selasa (5/8/2025).
Lebih dari sekadar tempat belajar, Sekolah Rakyat menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam menuntaskan kemiskinan melalui pendekatan pendidikan inklusif dan pemberdayaan keluarga.
Gus Ipul menyebut, para orang tua siswa juga akan diberdayakan lewat berbagai program, mulai dari pelatihan keterampilan, bantuan permodalan, hingga pendampingan untuk membuka usaha sendiri.
“Nanti akan ada program pemberdayaan orang tua. Bisa kursus keterampilan, bantuan modal usaha, bahkan perbaikan rumah tidak layak huni. Ini bagian dari program prioritas Bapak Prabowo ,” jelasnya.
Sementara itu, di sisi siswa, perhatian tak hanya pada aspek akademik. Mereka terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kesiapan fisik dan mental sebelum mengikuti proses belajar.
“Guru harus tahu kondisi mental dan fisik anak-anak. Karena itu sebelum masuk, dilakukan cek kesehatan. Ke depan, juga akan ada program pemenuhan gizi lewat MBG (Makanan Bergizi),” lanjutnya.
Sementara itu, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengatakan program ini bertujuan menjangkau kelompok masyarakat yang selama ini sulit mengakses pendidikan, dari keluarga desil satu.
"Meski persiapannya hanya dilakukan dalam waktu enam bulan, namun kami yakin program ini akan sukses. Pemkab Gresik telah melakukan pendekatan bonding antara guru, kepala sekolah, dan seluruh pihak terkait, mengingat banyak tenaga pendidik yang baru pertama kali bergabung SRMA," terangnya.
Bupati menjelaskan pemilihan Sidayu didasari pertimbangan efektivitas. Sebelumnya, fasilitas di wilayah tersebut dinilai kurang optimal karena berdekatan dengan SMP Negeri lain.
Kemudian, terang Yani, pemerintah daerah melakukan pengelompokan (Regrouping), siswa SMPN 30 Gresik diarahkan ke SMPN 6, sehingga fasilitas di SMPN 30 bisa dimanfaatkan untuk sekolah rakyat.
"Informasi ini kami sampaikan ke Kementerian Sosial, dan alhamdulillah mendapat respon positif. Mudah mudahan SRMA 37 menjadi model pendidikan inklusif yang mampu memberi kesempatan lebih luas bagi generasi muda dari keluarga tidak mampu untuk meraih masa depan yang lebih baik," tambahnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kunjungi SR Gresik, Mensos RI: Kurikulum Setara dan Tekankan Pendidikan Karakter
Pewarta | : Akmalul Azmi |
Editor | : Deasy Mayasari |