https://gresik.times.co.id/
Berita

Di Gresik, Eks Napiter Ungkap Kisah Kelam Jadi Sniper di Irak

Kamis, 28 Agustus 2025 - 20:30
Di Gresik, Eks Napiter Ungkap Kisah Kelam Jadi Sniper di Irak Wildan, eks Napiter asal Pasuruan yang pernah menjadi sniper di Irak. Kini berbagi pengalaman kelam kepada warga Gresik. (Foto: Humas Polres Gresik for TIMES Indonesia)

TIMES GRESIK, GRESIK – Wildan, mantan narapidana terorisme (napiter) asal Pasuruan, membagikan kisah kelamnya saat pernah menjadi sniper di Irak. Cerita itu ia sampaikan dalam acara kontra radikal yang digelar Tim Subsatgas Banops Humas Polri di Polres Gresik, Kamis (28/8/2025).

Mengusung tema “Terorisme Musuh Kita Bersama”, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga pengingat bahwa ancaman ekstremisme masih nyata dan terus mengintai, terutama generasi muda.

Tahun 2010, Wildan mulai terjerumus ke lingkaran radikalisme. Tiga tahun kemudian, langkah kakinya bahkan sampai ke Mosul, Irak. Di sana ia bukan hanya menjadi bagian dari kelompok radikal, melainkan juga didapuk sebagai sniper sekaligus perakit bom.

“Saya menyebutnya jalan kematian yang dipoles dengan janji surga,” ungkapnya.

Namun, jalan itu tidak bertahan lama. Pada 2014, Wildan memilih pulang ke Indonesia. Kesadaran menghantam dirinya bahwa yang ia jalani bukanlah perjuangan, melainkan kebohongan yang menjerumuskan.

“Ekstremisme banyak menyasar anak muda dengan kondisi rapuh: broken home, haus pengakuan, atau salah memilih pergaulan,” jelasnya.

Wildan juga mengungkap tanda-tanda awal radikalisasi yang kerap terlihat sepele, seperti perubahan sikap, menarik diri dari keluarga, hingga munculnya pandangan bahwa orang berbeda adalah musuh.

“Kalau itu mulai terlihat, segeralah waspada. Itu awal jebakan,” pesannya.

Kini, kehidupan Wildan jauh berbeda. Ia bekerja sebagai barista, menulis buku, dan kerap diundang sebagai dosen tamu. Ia menjadikan masa lalunya sebagai pengingat bagi orang lain. 

“Data UNDP 2019 menyebut radikalisme banyak berakar dari keluarga bermasalah, pemahaman agama yang keliru, serta faktor sosial-ekonomi. Karena itu, peran orang tua dan lingkungan sangat penting,” katanya.

Dalam forum ini, Wildan tak hanya berbagi pengalaman, tapi juga memperingatkan bahwa ruang digital kini menjadi ladang baru penyebaran paham radikal. Menurut dia, media sosial jadi pintu utama penyebaran paham radikal.

“Media sosial sekarang jadi pintu utama rekrutmen. Mereka pakai akun palsu, kontennya tampak baik, tapi ujungnya jebakan,” ujarnya.

Terakhir, ia pun menyampaikan kepada publik Gresik bahwa siapapun bisa terjerumus radikalisme, namun siapapun juga bisa bangkit dan menginginkan yang lain agar tak terjerumus.

“Kelompok teroris hanya menunggu waktu yang tepat untuk bangkit. Karena itu, kewaspadaan kita bersama adalah kunci,” pungkasnya.

Hadir dalam kegiatan itu dintaranya Kabag Penum Divhumas Mabes Polri Kombespol Erdi A. Chaniago, Wakapolres Gresik Kompol Danu Anindhito Kuncoro, serta perwakilan tokoh agama dari MUI, NU, Muhamadiyah, LDII, FKUB hingga pengasuh pondok pesantren di Gresik.

Wakapolres Kompol Danu Anindhito menekankan pentingnya kewaspadaan sejak dini. Radikalisme, kata dia adalah ancaman nyata yang dapat merusak Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Kita harus memanfaatkan teknologi informasi untuk deteksi dini,” tegasnya.

Sementara itu, Kombespol Erdi A. Chaniago menambahkan bahwa kaum muda merupakan sasaran empuk kelompok radikal. 

"Tujuan kami hadir di sini adalah untuk memberi peringatan. Aksi radikal sangat berbahaya bagi ketertiban masyarakat,” katanya. (*)

Pewarta : Akmalul Azmi
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Gresik just now

Welcome to TIMES Gresik

TIMES Gresik is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.