TIMES GRESIK, GRESIK – Limbah minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja. Namun, di tangan kreatif seorang pemuda asal Gresik, limbah tersebut disulap menjadi lilin aromaterapi estetik yang bernilai jual tinggi.
Inovasi tersebut diinisiasi oleh Karang Taruna Tunas Muda Desa Pegundan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Awalnya, mereka bingung ketika banyak minyak jelantah yang kerap menjadi limbah dan masalah lingkungan.
"Ini menjadi yang pertama di desa dan menjadi bukti nyata bahwa pemuda desa tidak hanya bisa ikut tren, tapi mampu tampil beda, kreatif, dan solutif dalam menghadapi masalah lingkungan" ujar Muhammad Afshokhul Faizin, Ketua Karang Taruna, Sabtu (26/7/2025).
Dijelaskan Faizin, proses pembuatannya sederhana. Minyak goreng bekas yang selama ini dianggap kotor dan tak berguna dikumpulkan, disaring, lalu dipadukan dengan aroma-aroma segar seperti lavender yang menenangkan dan sereh yang menyegarkan.
"Hasilnya, lilin aromaterapi cantik, harum, sekaligus ramah lingkungan yang siap memikat siapa saja yang menghirup aromanya," jelasnya.
Proses produksi lilin dilakukan secara gotong royong, menanamkan nilai keberlanjutan, edukasi lingkungan, dan kemandirian ekonomi di tengah komunitas mereka.
Kini, lilin aromaterapi dari jelantah tidak hanya menyelesaikan persoalan limbah minyak bekas, tetapi juga membuka potensi usaha mikro yang kreatif dan produktif di Desa Pegundan.
Karang Taruna Tunas Muda, kata dia menargetkan akam mengembangkan produk ini lebih luas lagi melalui pameran desa, media sosial, bahkan marketplace, agar semakin banyak orang yang tahu dan merasakan manfaatnya.
Harga jual satu pack berisi lima lilin aromaterapi dijual seharga Rp20 ribu.
Dengan kreativitasnya ini, pemuda pemudi Desa Pegundan ingin mengubah cara pandang masyarakat. Bahwa limbah bukanlah akhir dari sebuah siklus, tapi awal dari sesuatu yang bernilai dan bermanfaat.
"Lilin ini adalah bentuk kecil dari cinta kami terhadap lingkungan dan desa tercinta,” ujar dia. (*)
Pewarta | : Akmalul Azmi |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |